Powered By Blogger

selamat datang sahabat

Terima Kasih telah mengunjungi blog ini.
Tampilkan postingan dengan label PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Maret 2010

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitasuntuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efesien mencapai puncaknya Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencepai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat disamping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral).
Perkembangan prntal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan konnitif pada remaja sehingga mereka menggembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pengembangn moral dan kesadaran social yang baru. Di samping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikiranya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang difikirkan oleh orang tentang dirinya. Perkembangan remaja ini menimbulkan beberapa dampak dalam berbagai hal yaitu dampak perkembangn social, moral dan bahasa.

B. Rumusan Masalah
1.Apa dampak dari perkembangan sosial pada remaja?
2.Apa dampak dari perkembangan bahasa pada remaja?
3.Apa dampak dari perkembangan moral pada remaja?


BAB II
PEMBAHASAN

Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence”yang berasal dari kata dalam bahasa Latin “adolescere” ( kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progesif dan continu serta berlangsung pada periode tertentu. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khasdari gejala-gejala psikologis kearah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat positif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Dan perkembangan tersebut menimbulkan beberapa dampak diantara lain :

A.Dampak Perkembangan Sosial pada Remaja
    Di bandingkan dengan bahaya yang terdapat dalam bidang sosialisasi, bahaya yang ada pada beberapa bidang lain dalm perkembangan yang normal lebih berat. Jika perilaku social tidak memenuhi harapan social, hal itu membahayakan bagi penerimaan social oleh kelompok. Jika hal ini terjadi, akibatnya akan menghilang kesempatan anak untuk belajar social, sehingga sosialisasi mereka semakin jauh lebih rendah dibandingkan dengan teman seusia.
Bahaya yang paling umum dalam upaya menuju sosialisasi, diantaranya:
1.Keterlantaran social
   Keterlantaran social berarti hilangnya kesempatan untuk berhubungan dengan orang-orang, sehingga menimbulkan keterlantaran dalam kesempatan belajar menjadi pribadi yang social. Keterlantaran ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa orang tua dan anggota keluarga lainnya kurang waktu untuk merawat bayi sehingga bayi kekurangan rasangan (stimulation) yang memotivasinya untuk menjadi bagian dari kelompok keluarga.
  Terlepas dari penyebabnya, keterlantaran social memperlama sifat egosentrisme, yaitu ciri khas semua bayi, dan kecenderungan kea rah introversi. Sekali kecenderungan tidak social ini berkembang, sukar untuk mengubahnya dan untuk mendorong perkembangan kea rah siakp dan perilaku yang lebih social.
Keterlantaran social yang tidak berlangsung lama, terutama jika anak tumbuh semakin besar, cenderung memepertingggi motivasi mereka untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Sebagai contoh, jika anak diharuskan tetap tinggal di kamar karena telah berperilaku tidak social, maka jika ia mau menghindari hukuman pengasimgan social dan mau menikmati kebersamaan dengan keluarga, mereka akan menyadari abhwa berperilaku lebih social menguntungkan diri mereka sendiri di masa depan.
  Sebaliknya, keterlantaran social yang berlangsung lama tidak hanya menimbulkan introversi tetapi juga menyebabkan anak takut berusaha membina hubungan social, jika mereka kemudian mendapat kesempatan. Karena mereka merasa tidak mampu melekukan sesuatu bersama orang lain, mereka meneruskan siakp mengasingkan diri dari orang lain.
2.Partisipasi social yang terlalu banyak
   Jika kurangnya kesempatan berhubungan social berbahaya bagi sosialisasi, hal ini tidak berarti bahwa semakin banyak partisipasi anak dalam aktivitas dengan anak lain akan semakin baik sosialisasinya. Kenyataanya, terlalu banyak partisipasi social dapat berbahaya sebab hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mengembangkan segi batiniah yang memungkinkan mereka berbahagia apabila keadaan memaksa mereka untuk sendirian. Mereka akan merasa “kehilangan” apabila tidak dapat bergaul atau melakukan sesuatu bersama orang lain.
  Dalam kondisi yang demikian mereka akan cenderung bersosialisasi dengan ngawur dalam arti bahwa mereka akan bersedia berada bersama anak lain semata-mata demi hubungan social itu sendiri tanpa mengindahkan kecocokan minat. Hal ini tidak mengembangkan sikap social yang sehat. Akibatnya, bahkan semakin buruk, anak yang sangat menghasratkan semua bentuk pergaulan social semata-mata untuk menghindari kesendirian menjadi tidak mantap dalam hal minat dan nilai-nilai mereka. Mereka mengubah minat dan bahkan kepribadian untuk menyesuaikan diri dengan orang dewasa atau teman sebaya dengan harapan mendapatka penerimaan social. Akibatnya, mereka cenderung sangat mudah terpengaruh dan mudah dikuasai oleh siapa pun yang berhubungan dengan mereka.
3.Ketergantungan yang berlebihan
   Pada saatnya, kecenderungan untuk bergantung pada orang lain menimbulkan kebiasaan bergantung pada setiap orang yang bisa dicapai. Mereka menjadi sangat mudah untuk dipengaruhi dan dikuasai oranglain. Bahkan, mereka takut berpikir dan berperilaku mandiri karena tidak pernah belajar mandiri dalam situasi yang serupa pada saat mereka lebih muda.
  Walaupun setiap anak dapat menjadi terlalu tergantung, keadaan ini timbul jika anak dibesarkan dalam lingkunagn keluarga yang menghambat kemandirian. Ketergantungan yang berlebihan merupakan hal yang umum timbul pada anak yang menderita penyakit kronis, seperti asma atau kencing manis, atau anak sulung yang lebih besar kemungkinannya menjadi tergantung dibandingkan dengan saudaranya yang lahir kemudian.
4.Penyesuaian yang berlebihan
   Cepat atau lambat semua anak mengetahui bahwa kelompok social menilai dan kemudian menerima mereka atas dasar kesediaan atau kemampuan memenuhi harapan social. Anak yang lebih tua yang sangat menginginkan untuk diterima oleh kelompk teman sebaya seringkali menyesuaikan diri secara berlebihan dengan harapan bahwa hal ini akan menjamin penerimaan mereka.
   Penyesuain yang berlebihan mengakibatkan hilangnya individualitas. Hal ini membuat anak tampak tidak menarik dan tidak termasuk dalam golongan tertentu sehingga mereka diabaikan dan dianggap remeh oleh kelompok teman sebaya karena tampak tidak mempunyai apa-apa yntuk disumbangkan untuk kelompok.
Ada dampak lain, diantaranya:
  Kecenderungan bawaan dapat menimbulkan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan harapan social. Seorang anak laki-laki dengan tubuh yang kecil dan otot yang lemah tidak akan mampu menyesuaikan diri dalam suatu budaya yang menganggap ideal tubuh yang sempurna seperti atlit.
Seorang anak yang telah dibentuk untuk penyesuaian diri dengan suatu kelompok budaya mungkin mengalami kesulitan apabila berpindah ke kelompok lain. Seorang anak dari keluarga imigran atau keluarga yang sering berpindah tempat tinggal mungkin menghadapi masalah ini.
   Anak mungkin terlantar dari kesempatan mempelajari pola perilaku yang diterima secara social. Seorang anak laki-laki tanpa ayah mungkin tidak mempunyai contoh pria untuk ditiru.
Anak yang menganggap bahwa penerimaan social kurang penting dibandingkan dengan memiliki kebebasan sebagai individu akan mempunyai motivasi yang kecil untuk mengikuti pola yang diterima secara social.
Dampak perkembangan sosial
1)Persaingan
Persaingan usia gang dalam masa remaja akan muncul tiga bentuk persaingan di kalangan anggota kelompok untuk memperoleh penghargaan di dalam kelompok itu sendiri, konflik antara gang dan gang saingannya, dan konflik antara gang dan lembaga yang terorganisasi dalam masyarakat. Masing-masing bentuk mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap sosialisasi anak remaja. Yang pertama mungkin menimbulkan permusuhan dan pertengkaran di dalam gang, sehingga melemahkan kelompok dan kesetiaan anggota. Yang kedua, berperan membina solidaritas dan rasa kesetiaan, sedangkan yang ketiga, jika dapat dibina dalam batas yang kontruktif, berperan mengembangkan kemandirian.
Persaingan dikalangan anak remaja yang lebih tua banyak mengakibatkan timbulnya pertengkaran,. Hal itu mungkin diekspresikan dalam perkelahian yang agresif atau dalam cara yang lebih halus, seperti mengeritik orang lain, mengeroyok seorang anak remaja yang tidak disukai karena perilakunya yang mengganggu atau karena merupakan anggota kelompok minoritas atau kelompok saingan, mengejek dan menggertak, tidak menghiraukan seseorang anak atau sekelompok anak atau berbantah tanpa sebab yang nyata dengan keinginan yang jelas untuk membuat orang lain merasa tidak senang atau jengkel.
2)Sikap Sportif
Sikap sportif adalah kemampuan bekerja sama dengan orang lain sampai pada tingkat menekan kepribadian individual dan mengutamakan semangat kelompok.
Dari keanggotaan suatu gang, anak dengan cepat belajar bahwa mereka harus bermain sesuai dengan aturan permainan. Setiap pelanggaran terhadap hal ini, seperti bermain curang, membuka rahasia, berbohong atau menggunakan cara licik, tidak akan ditolerir. Apabila bekerja bersama-sama untuk memperoleh suatu imbalan bersama, anak-anak remaja memperlihatkan interaksi yang positif seperti membantu satu sama lain atau berbagi sarana. Jika bersaing, mereka melakukan interaksi yang negative, seperti mengambil sarana untuk kepentingan sendiri, mengeluarkan ucapan yang tidak bersahabat dan berusaha merintangi tau menguasai anak remaja lain.
3)Tanggung Jawab
Erat hubungannya dengan sikap sportif adalah tanggung jawab yaitu kesediaan memikul bagian beban seseorang. Jika anak remaja dari keluarga besar, karena kewajiban harus mengembangkan tanggung jawab terhadap urusannya sendiri dan mengasuh saudara yang lebih muda.
Akan tetapi jika terlalu banyak tanggung jawab diberikan kepada anak secara mendadak, hal itu akan melemahkan kepercayaan mereka terhadap diri sendiri, terutama jika mereka menemui kegagalan. Oleh karena itu, pengembangan rasa tanggung jawab harus dilakukan setahap demi setahap, dimulai dengan tugas sederhana dan meningkat setelah anak remaja itu memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri dan berpengalaman dalam bertanggung atas urusan mereka sendiri.
4)Wawasan social
Wawasan social adalah kemampuan untuk memahami arti situasi social dan ornag-orang yang ada dalam situasi itu. Hal ini bergantung pada empati yaitu kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam keadaan psikologis orang lain dan untuk melihat suatu situasi dari sudut pandang orang lain.
Wawasan social biasanya meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Peningkatan ini sebagian bergantung pada kematngan mental (mental maturation) dan sebagian lagi bergantung pada hasil mempelajari pengalaman social. Akan tetapi, kemampuan anak untuk memahami perilaku dan perasaan orang lain sampai pada tingkat tertentu baru berkembang secukupnya. Anak remaja yang persepsi sosialnya lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebaya biasanya melakukan penyesuaian social yang lebih baik dan mendapatkan penerimaan social yang lebih besar. Semakin pandai anak remaja itu, semakin perseptif mereka. Semakin popular anak, semakin banyak kesempatan mereka untuk mengembangkan wawasan social.
5)Diskriminasi Sosial
Diskriminasi social, berarti kecenderungan untuk melakukan pembedaan di antara orang-orang dan tanda atau isyarat tertentu. Pembedaan ini biasanya disertai dengan cenderungan untuk memperlakukan mereka dengan cara berbeda dari orang lain.
Anak remaja melakukan diskriminasi terhadap orang lain memperlakukan orang lain sebagai orang yang lebih rendah karena mereka berbeda, bukan karena mereka betul-betul lebih rendah. Mereka menganggap orang-orang tersebut sebagai anggota suatu “kelompok yang tidak masuk golongan” atau suatu “kelompok minoritas” karena status mereka digolongkan atau suatu kelompok minoritas karena status mereka dianggap lebih rendah, bukan karena jumlah mereka sedikit. Sebagai contoh, anak remaja yang menjadi anggota gang menganggap bahwa status mereka lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak remaja yang tidak menjadi anggota gang. Mereka juga menganggap bahwa jika gang tempat mereka bergabung dikenal sebagai “lebih tinggi”, semua gang lain tidak masuk golongan, sehingga dipandang lebih rendah.
6)Prasangka
Prasangka yaitu kecenderungan untuk menggolongkan semua hal yang menjadi milik kelompok lain sebagai lebih rendah, apakah itu kelompok social, keagamaan, ras, atau jenis kelamin dan memperlakukan mereka sesuai dengan kelebihrendahan itu.
Secara umum friendster berguna untuk berkomunikasi dengan teman di seluruh dunia melalui internet. Friendster juga berguna untuk mencari teman lama maupun teman baru di dunia maya. Untuk kalangan remaja biasanya frendster digunakan untuk mencari teman dan pacar baru.
1. Pengaruh positif :
Keep in Contact (tetap terjaga komunikasinya).. Secara, kirim kirim comment dan kirim message.. sebenernya kebanyakan mengirim comments (dulu testimonial).. Apalagi di facebook, kan bisa chat juga tanpa ada software yang repot harus didonlot n di instal..
Menambah wawasan iptek.
Jadi kenal sama yang tadinya ga kenal.. di dunia maya , semua orang pasti berani! .. biasanya yang diem di dunia nyata, bisa jadi aktif banget di dunia maya (internet).
Jadi lebih kreatif.. contohnya di friendster, kita harus kreatif n rajin-rajin update profile kita.. kalo ga, orang bakal bosen..kreatif nya dalam hal mengubah tampilan layout.
2. Pengaruh negatif:
Menjadikannya sebagai prioritas utama.. Setiap hari pasti buka friendster n facebook!!..buat apa? buat ngecheck comment ..kalo ga , nanti orang yang kirim comment.
Memiliki rasa ingin tahu yang berlebihan terhadap privasi orang.
Komunikasi terhadap keluarga jadi berkurang.
Mungkin cukup buat pengaruh-pengaruhnya.. perkembangan friendster n facebook dari awal dibuat sampe sekarang emang cepet banget perkembangannya.. Tujuannya pun supaya menarik lebih banyak pengguna n mempertahankan si pengguna tertarik dengan apa yang diupdate sama admin-adminnya..jadi, ati-ati aja supaya ga terjerumus ke dampak-dampak negatifnya..

B.Dampak Perkembangan Bahasa pada Remaja
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak.Karekteriktis perkembangan bahasa pada masa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangn kongnitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kongnitifnya, remaja mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berfikir formal atau berfikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminology konkret dalam pengomukasikasinya.
Dalam pendidikan yang berkaitan dengan budaya, seperti pendidikan multi-kultural, salah satu alat penting yang digunakan adalah pendidikan bahasa. Sebab, penggunaan bahasa merupakan cerminan dari tata nilai dan tata pikiran (mind set).
Seorang yang bertata nilai baik akan cenderung menggunakan bahasa yang baik. Seorang yang menggunakan bahasa yang melecehkan dan mengandung kekerasan, dimungkinkan di dalam dirinya mengandung tata nilai tersebut.

C. Dampak Perkembangan Moral pada Remaja
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. akan Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternative jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.


KESIMPULAN

Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence”yang berasal dari kata dalam bahasa Latin “adolescere” ( kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progesif dan continu serta berlangsung pada periode tertentu. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khasdari gejala-gejala psikologis kearah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat positif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Dan perkembangan tersebut menimbulkan beberapa dampak diantara lain : dampak perkembangan social, moral, dan bahasa pada remaja.


DAFTAR PUSTAKA
Ali muhamad, dkk.2004. psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Hurlock Elizaberh, 1989. Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga
Mar’at samsunuwiyati.2006. psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
LN, Samsul.2004.Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rabu, 06 Januari 2010

Psikologi remaja:Mengembangkan Ketrampilan Sosial pada Remaja

Mengembangkan Ketrampilan Sosial pada Remaja

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.

Delapan Aspek
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.
Menurut hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills) yaitu:





Beberapa Saran
Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:

1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:

kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding), kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara, kurang mampu berkomunikasi secara sehat, kurang mampu mandiri, kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara, kurang mampu bekerjasama, kurang mampu mengadakan hubungan yang baik

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.

2. Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.

5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.

6. Pendidikan
Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salahsatu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.

7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.

8. Lapangan Kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMU mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.

9. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.

Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.

Kami yakin masih banyak cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja. Anda pun bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan remaja anda. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan ketrampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Semoga bermanfaat.