Powered By Blogger

selamat datang sahabat

Terima Kasih telah mengunjungi blog ini.

Rabu, 20 Oktober 2010

TEORI BELAJAR GUTHREI

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984: 252) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik  di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Tapi dalam makalah ini penulis akan menjelaskan aliran behavioristik dari Edwin R Guthrie
  1. Rumusan Masalah
  1. Eksperimen apa yang dilakukan oleh Guthrie ?
  2. Apa hasil dari eksperimen tersebut dan Teorinya ?
  3. Apa Implikasi Teori Guthrie terhadap Pembelajaran ?
  1. Tujuan
  1. Untuk mengetahui eksperimen yang dilakukan oleh Guthrie.
  2. Untuk mengetahui hasil eksperimen dan teori yang dihasilkan.
  3. Untuk mengetahui implikasi teori tersebut terhadap pembelajaran. 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Eksperimen Gutrie 
Erwin R Gutrhrie adalah salah satu penemu teori pembisaan dekat ( contiguous conditioning theory ). Teori ini menyatakan bawa peristiwa belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang akan cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya. Teori menyatakan bahwa apa yang sesungguhnya dipelajari oleh orang seperti seorang siswa belajar adalah reaksi atau respon terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus. Artinya, setiap peristiwa belajar hanya mungkin terjadi sekali saja untuk selamanya atau tidak sama sekali terjadi. ( Reber,  1989 ; Syah, 2003 ). Menurut Guthrie , peningkatan hasil belajar secara berangsur-angsur yang dicapai oleh siswa bukanlah hasil dari berbagai respon kompleks  terhadap stimulus-stimulus sebagaimana yang diyakini para behavioris lainnya., melainkan karena kedekatan asosiasi antara stimulus dan respons.
Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-­deretan tingkah laku yang terdiri dari unit‑unit. Unit‑unit tingkah laku ini merupakan reaksi atau respons dari perangsang atau stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demi­kianlah seterusnya sehingga merupakan deretan‑deretan unit tingkah laku yang terus-menerus. Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit‑unit tingkah laku satu sama lain yang ber­urutan. Ulangan‑ulangan atau latihan yang berkali‑kali mem­perkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya..
. Dalam teori contiguous conditioning , hadiah ( reinforcement ) tidak memainkan peran yang penting dalam belajar ketika telah terjadi asosiasi antara stimulus dan respons. Oleh karena itu ketika setiap stimulus yang berbeda sedikit maka banyak percobaan yang mungkin dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah respons secara umum. Teori kontiguitas menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya halangan dari berlalunya waktu, sehingga stimulus menjadi diasosiasikan dengan respons baru.  Selain itu , pembiasaan yang sebelumnya terjadi dapat berubah oleh asosiasi yang menghalang-halangi respons seperti ketakutan atau kecapekan. Dalam hal ini peran motivasi juga dapat menciptakan dorongan untuk melakukan tindakan yang menghasilkan respons selanjutnya.
Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus. Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan (incompatable respons methode).

Ringkasan Tiga Metode memutus Kebiasaan

Metode
Karakteristik
Contoh
Ambang Batas (threshold)
1.             Mengenalkan stimuli dengan kekuatan yang lemah.
2.             Secara perlahan meningkatkan kekuatan stimuli, tetapi menjaganya dibawah respons batas minimal.
Memasang pelana kuda : mulai dengan selimut yang ringan , kemudian selimut yang lebih berat, baru kemudian pelana kuda.
Metode fatigue (meletihkan)
" mengeluarkan " semua respons dalam menghadirkan stimuli.
Melemparkan pelana diatas kuda dan menaiki kuda samapai kuda meringkik, menendang, dan berusaha sekuat tenaga untuk melempar orang yang menaikinya. (joki) : pelana dan joki menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari dengan tenang.  
Metode respons tandingan (incompatable Respons Methode)
Memasangkan stimulus (S1) yang menyebaabkan perilaku tidak sesuai (inapropiate) dengan stimulus (S2) yang memunculkan respons-respons yang sesuai (apropiate), perilaku yang sesuai diasosiasikan dengan stimulus (S2).
Untuk menghentikan menghindar dan takut berlebihan, dengan memasangkan ketakutan pada suatu objek ( seperti harimau mainan ) dengan sebuah stimulus yang memunculkan perasaan hangat dan penuh kasih saying., seperti gambar seorang ibu.

Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalau berperan dalam proses belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku seseorang . punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh seorang gadis yang setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu disembarang tempat setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil tas dan kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk rumah serta langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu berkali-kali dilakukan setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan kaos kaki sembarangan akhirnya perilaku  meletakkan tas dan kaos kaki pada tempatnya diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam rumah. 
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya. Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.

B. Hasil Eksperimen dan Teorinya :
Dari hasil eksperimen muncul beberapa prinsip :
  1. Agar terjadi pembiasaan, maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu.
  2. Pada saat belajar melibatkan pembisaan terhadap gerakan-gerakan tertentu, oleh karena itu instruksi yang diberikan harus spesifik.
  3. Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk menghasilkan respons secara umu.
  4. Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi sesuatu yang diasosiasikan .
  5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.

Teori Edwin R Guthrie adalah terori pembisaan asosiasi dekat ( contiguous conditioning theory ). Teori ini menyatakan bahwa peristiwa belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya.

C. Penerapan Teori Kontiguitas terhadap Pembelajaran :
Mengasosiasikan rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti dari teori belajar yang dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam proses belajar mengajar di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru :
  1. Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika mempelajari sesuatu. Dengan kata lain , apakah stimuli yang ada dalam buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
  2. Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran.
  3. Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli ) bagi munculnya perilaku distruptif.  

TOKOH
EKSPERIMEN
HASIL EKSPERIMEN
IMPLIKASI TEORI TERHADAP PEMBELAJARAN
Ghutrie
Dilakukan terhadap seekor kucing
Process Conditioning
Dalam meng­ubah tingkah laku atau kebiasaan‑kebiasaan pada hewan maupun pada manusia ialah:
Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method) Manusia itu adalah suatu organisme yang se­lalu mereaksi kepada perangsang‑perangsang tertentu. Jika suatu reaksi terhadap perangsang‑perangsang telah menjadi suatu kebiasaan, maka cara untuk mengubah­nya ialah dengan jalan menghubungkan perangsang (stimulus) dengan reaksi (respon) yang berlawanan dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkannya.
Metode Membosankan (Exchaustion Method). Hu­bungan antara asosiasi antara perangsang dan reaksi (S‑R) pada tingkah laku yang buruk itu dibiarkan saja sampai lama mengalami keburukan itu, sehingga men­jadi bosan.
 Mengubah Lingkungan  (Change of Environ­ment Method). Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara S dan R yang buruk yang akan dihilangkannya. Yakni menghilangkan kebiasaan‑kebiasaan buruk yang di­sebabkan oleh suatu perangsang (S) dengan mengubah perangsangnya itu sendiri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar