Powered By Blogger

selamat datang sahabat

Terima Kasih telah mengunjungi blog ini.

Jumat, 05 Maret 2010

Bahas Indonesia


EJAAN DAN TANDA BACA






A. Pengertian
- Menurut KBBI, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb,) dalam bentuk tulisan serta tanda-tanda baca.
- Menurut Bedudu, ejaan adalah pelambangan fonem dengan huruf.
- Menurut Arifin, ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambing-lambang itu, pemisahan dan penggabungan dalam satu bahasa.
- Menurut Kusno, ejaan adalah aliran menuliskan bunyi ucapan dalam satu bahasa dengan tanda-tanda atau lambing.
- Menurut Lamudin, ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu bahasa.
Perubahan pemakaian huruf dalam tiga ejaan Bahasa Indonesia:
1. Ejaan Van Ophoijen (1901-1947), contoh: choesoes, djoem’at
2. Ejaan Republik”Ejaan soewandi”(1947-1972), contoh: chusus, djum’at
3. Ejaan yang disempurnakan mulai 16 Agustus 1972, contoh: khusus, jum’at
Ruang lingkup EYD:
- Penulisan huruf
- Penulisan kataa
- Penulisan tanda baca




B. Dasar Ejaan
Alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar penyempurnaan ejaan adalah:
1. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam wawasan ilmiah, terutama dalam ilmu bahasa adanya penyusunan ejaan yang baik.
2. Ketidakmampuan ejaan waktu itu (ejaan Soewandi) dalam mengembangkan bahasa Indonesia.
3. Upaya penyatuan dalam pemakaian huruf dan tanda baca yang dapat berlaku di seluruh Indonesia.
4. Kemungkinan peranan bahasa Indonesia di Asia Tenggara dan mungkin di seluruh dunia nantinya.
5. Pentingnya peranan membaca dan menulis bagi generasi yang akan datang.


Dengan alasan-alasan tersebut maka prinsip-prinsip dasar sebagai pegangan kea rah penyempurnaan:
1. Prinsip kecermatan
Untuk system ejaan tidak boleh bertebtangan dengan system fonemis, satu tanda melambangkan satu fonem dan untuk seterusnya dipakai penanda fonem tersebut.
2. Prinsip kehematan
Walaupun satu huruf untuk satu fonem tidak selalu menjadi pegangan, tetapi yang dipentingkan adalah adanya pembakuan yang tegas dan jelas sehingga tidak membingungkan pemakai bahasa.
3. Prinsip keluesan
System ejaan tidak bersifat tertutup, misalnya posisi huruf F bisa menempati awal, tengah, dan akhir kata pada fakta, sifat, pasif dan sebagainya.
4. Prinsip kepraktisan
Upaya EYD tidak mempergunakan huruf-huruf baru yang tidak lazim. Hal itu selain menyulitkan masyarakat juga berarti perlu mengganti pita mesin tik dan mesin cetak. Oleh karena itu huruf-huruf ganda (diagraf) ng, ny, kh, sy yang menggambarkan fonem tunggal tetap dipertahankan.




C. Penulisan Huruf
1. Huruf Kapital (besar)
Penggunaan huruf kapital sebagai berikut:
- Huruf pertama kata pada kata awal.
- Huruf Pertama ketikan langsung.
- Huruf Pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci.
- Huruf Pertama unsure gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan.
- Huruf Pertama unsure jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat.
- Huruf Pertama unsure nama orang kecuali nama jenis atau satuan ukuran.
- Huruf Pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa.
- Huruf Pertama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
- Huruf Pertama nama khas geografi.
- Huruf Pertama semua kata (termasuk unsur ulang).
- Huruf Pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan.
- Kata ganti anda.


2. Huruf Miring
Huruf miring dipakai dalam tulisan untuk:

  • Menulis nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.


  • Menegaskan huruf, bagian kata atau kelompok kata.


  • Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan.





D. Penulisan Kata

  1. Kata Turunan

    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.


Contoh: Bergizi, gemetar, sentuhan

    1. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus unsur gabungan kata ditulis serangkai.




  1. Bentuk Ulang (ditulis lengkap dengan dibubuhi tanda penghubung)

Contoh: anak-anak



  1. Kata ganti –ku, -mu, dan –nya

Ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: Bolehkah aku ambil jeruk ini menjadi Bolehkah ku ambil jeruk ini.



  1. Kata Depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Contoh: Saya di sini
Di rumah
Ke luar kota



  1. Kata Si dan Sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Contoh: si kancil, sang kuriang.



  1. Singkatan dan Akronim

    1. Singkatan (bentuk yang dipendekkan yang terdiri satu huruf atau lebih)


Contoh: Muhammad Yamin menjadi Muh. Yamin

    1. Akronim (singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan dengan huruf capital)

Contoh: ABRI




E. Pemakaian Tanda Baca
Macam-macam tanda baca:

  1. Tanda titik (.)


  • Penggunaan tanda titik pada akhir kalimat kalimat. Contoh:Anak kecil itu menangis.


  • Dibelakang angka, huruf suatu judul bab dan subbab.


  • Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, contoh: Calon mahasiswa yang mendaftar 20.500 orang.




  1. Tanda koma (,)

- Penggunaan tanda koma diantara unsure-unsur dalam suatu perincian.
Contoh: Ida membawa buku, pena, tas, dan majalah.

  • Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat.

Contoh: Jika hujan tidak reda, saya tidak akan pergi.

  • Memisahkan kalimat setara satu dengan yang lain.

Contoh: Saya ingin pulang tapi hari hujan.

  • Dipakai dibelakang kata atau penghubung.

Contoh: Jadi, Rina lebih memilih coklat.



  1. Tanda titik dua (:)


  • Digunakan pada akhir suatu pernyataan.


  • Setelah kata atau ungkapan perincian.


  • Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.




  1. Tanda hubung (-)


  • Menyambungkan suku dasar yang terpisah oleh pergantian baris.


  • Menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya.




  1. Tanda Tanya (?)


  • Digunakan pada akhir kalimat Tanya.


  • Tanda Tanya dalam kurung menyatakan bagian yang disanksikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.




  1. Tanda seru (!)


  • Dipakai setelah uangkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.




  1. Tanda kurung ((…))


  • Untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


  • Untuk mengapit angka atau huruf.




  1. Tanda petik (“…”)


  • Untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah.


  • Untuk mengapit judul syair, karangan, dan istilah.




  1. Tanda garis miring (/)


  • Digunakan dalam nomor surat, alamat.


  • Sebagai pengganti kata atau dan tiap.





















































































REFERENSI






Sungguh, As’ad. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Finoza, Lamuddin.SS. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar