BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori Behavioristik:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
Ivan Pavlov dengan “classical conditioning” nya:
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
• Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Eksperimen apa yang dilakukan oleh Ivan Pavlov ?
2. Apa hasil dari eksperimen Ivan Pavlov ?
3. Bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui eksperimen apa yang dilakukan oleh Ivan Pavlov.
2. Untuk mengetahui hasil eksperimen Ivan Pavlov.
3. Untuk mengetahui implikasinya terhadap pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Eksperimen Yang Dilakukan Oleh Ivan Pavlov
Ivan Petrovitch Pavlov merupakan tokoh aliran behaviorisme klasik ( Classical Conditioning ). Dia dilahirkan di kota Ryazan, yaitu sebuah desa kecil di Rusia pada September 1849, satu dekade sebelum dipublikasikannya teori Darwin “ Darwin’s On The Origin of Species “ ( Chance, 2002 ).
Akhir 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia, memelopori munculnya proses kondisioning responden (respondent conditioning) atau kondisioning klasik (classical conditioning), karena itu disebut kondisioning Ivan Paavlov. Dari penelitian bersama koleganya ini, Ivan Pavlov mendapatkan Nobel.
Ivan Pavlov melakukan eksperimen terhadap anjing. Pavlov melihat selama pelatihan ada perubahan dalam waktu dan rata-rata keluarnya air liur pada anjing (salivation). Pavlov mengamati, jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar, anjing akan mengelurkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan kepada anjing, sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur. Walaupun tanpa latihan atau dikondisikan sebelumnya, anjing pasti akan mengelurkan air liur jika dihadapkan pada daging. Dalam percobaan ini, daging disebut dengan stimulus yang tidak terkondisikan (unconditioned stimulus). Dan karena saliva terjadi secara otomotis pada saat daging di dekat anjing tanpa latihan atau pengkondisian, maka keluarnya saliva pada anjing tersebut dinamakan sebagai respons yang tidak dikondisikan (unresponse conditioning).
Kalau daging dapat menimbulkan saliva pada anjing tanpa latihan atau pengalaman sebelumnya, maka stimulus yang lain, seperti bel, tidak dapat menghasilkan saliva. Karena stimulus tersebut tidak menghasilkan respons, maka stimulus (bel) tersebut disebut dengan stimulus netral (neutral stimulus). Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral (bel) dipasangkan dengan daging (uncoditioning stimulus) dan dilakukan secara berulang-ulang, maka stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang terkondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respons anjing seperti ketika ia melihat daging. Oleh karena itu, bunyi bel sendiri akan dapat menyebabkan anjing mengeluarkan air liur (saliva). Proses ini dinamakan classical conditioning.
Makanan ( daging ) disini berperan memperkuat ( reinforcing ) keluarnya air liur ketika bel berbunyi disebut penguat positif ( positive reinforcer ), yaitu stimulus atau penguat yang kehadirannya meningkatkan peluang terjadinya respon yang dikehendaki. Jika dalan eksperimen pemberian makanan dihentikan, selama beberapa waktu anjing tetap mengeluarkan air liur setiap mendengar bel tetapi hubungan itu semakin lemah sampai akhirnya bel tidak lagi mengeluarkan air liur. Hal ini dikatakan proses pemadaman ( extinction ), yang menunjukkan penguatan berkelanjutan. Tanpa reinforcement tingkah laku respon yang bukan otomatis ( refleks ) akan semakin hilang. Behaviorisme klasik ini menghasilkan tipe tingkah laku responden, yang oleh Skinner dianggap dianggap kurang penting karena kurang menggambarkan fungsi integral manusia dalam lingkungannya. Dalam kehidupan yang sebenarnya, umumnya reinforcement tidak segera dikenali dan akan timbul sesudah tingkah laku terjadi.
Dari eksperimen yang dilakukan tersebut Pavlov menyimpulkan bahwa :
1. Refleks bersyarat ( conditioned reflex / CR ) yang telah terbentuk itu dapat hilang karena perangsang yang mengganggu ( hilang untuk sementara )
2. Refleks bersyarat ( conditioned reflex / CR ) dapat dihilangkan dengan proses pensyaratan kembali ( reconditioning, berconditionering ), jalannya melakukan pensyaratan kembali ini sama dengan ketika menimbulkan refleks bersyarat, hanya saja disini tidak diberi reinforcement.
Namun dalam eksperimennya Pavlov masih mengalami kelemahan karena adanya keterbatasan daya deskriminasi dari anjing yang di cobanya itu maksimum hanya mampu mengingat sampai pada tiga macam perangsang.
2.2 Hasil Dari Eksperimen Ivan Pavlov
Dari hasil eksperimen dengan menggunakan anjing tersebut, Pavlov akhirnya menemukan beberapa hokum pengkondisian, antara lain:
1. Pemerolehan (acquisition),
Pemerolehan adalah membuat pasangan stimulus netral dengan stimulus tak bersyarat berulang-ulang hingga muncul respons bersyarat atau yang disebut acquisition atau acquisition training (latihan untuk memperoleh sesuatu).
Para peneliti sering kali membuat stimulus netral bersamaan dengan stimulus bersyarat atau berbeda beberapa detik selisih waktu pemberiannya dan segera menghentikan secara serempak. Prosedur ini biasanya disebut dengan pengkondisian secara serempak. Prosedur ini lebih sederhana dan efektif dalam melatih orang atau hewan. Kadang peneliti juga menggunakan prosedur yang berbeda, yakni dengan menghentikan stimulus netral terlebih dahulu sebelum stimulus tak bersyarat, walaupun prosedur ini jarang digunakan dalam pengkondisian. Memasangkan stimulus netral dengan stimulus tak bersyarat selama latihan untuk memperoleh sesuatu akan berfungsi sebagai penguat atau reinforcement bagi respons bersyarat.
2. pemadaman (extinction),
Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap ada selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya dan dipasangkan dengan rangsangan tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat diberikan untuk beberapa lama, maka respons bersyarat lalu tidak mempunyai pengut/reinforce dan besar kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihatb seperti penelitian sebelumnya. Peristiwa itulah yang disebut dengan pemandaan (extinction). Beberapa respons bersyarat akan hilang secara perlahan-lahan atau hilang sama sekali untuk selamanya.
Dalam kehidupan nyata, mungkin kita pernah menjumpai realitas respons emosi bersyarat. Misalnya, ada dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang biasa bermain bersama. Pada saat mereka menginjak dewasa, menjadi seorang gadis dan pemuda, tiba-tiba tumbuh perasaan cinta pada diri pemuda kepada gadis tersebut, tetapi tidak demikian dengan san gadis. Pada saat pemuda teman sejak kecilnya itu menyatakan cintanya, gadis tersebut menolak dengan alasan perasaan kepada pemuda itu hanya sebatas teman. Namun, karena pemuda itu sangat mencintai sang gadis, dengan menggunakan berbagai cara yang dapat membahagaikan, ia berusaha untuk mengambil hati gadis itu agar menerima cintanya. Misalnya, dengan selalu memberikan perhatian, memberikan segala yang disukai oleh gadis itu, dan lain sebagainya. Ketika perhatian dan kebaikannya kepada gadis tersebut dilakukan berulang-ulang maka pada suatu saat hati sang gadis menjadi luluh dan akhirnya menerima cinta pemuda tersebut.
3. Generalisasi (generalizatition) dan diskriminasi (discrimination),
Ternyata respons bersyarat ini juga dapat dikenakan pada kejadian lain, namun situasinya yang mirip. Inilah yang dikenal dengan generalisasi stimulus atau generalisasi. Misalnya, pemuda yang mencintai seorang gadis, dan merasa bahagia jika bertemu dengan gadis tersebut. Pada saat itu ia mengetahui bahwa gadis yang dicintainya menyukai warna pink, maka ia akan merasa bahagia ketika menjumpai benda-benda apa saja yang berwarna pink.
Bila suatu makhluk mengadakan ganeralisasi (menyamaratakan), maka ia juga akan dapat melakukan diskriminasi atau pembedaan. Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan pemadaman yang selektif. Dalam eksperimen Pavlov, 2 nada yang berbeda diberikan kepada anjing terdiri dari stimulus diferensial (SD1) dan SD2, yang berfungsi sebagai stimulus pembeda. Salah satu atau satu dari keduanya digunakan pada setiap percobaan. Nada pertama (SD1) diikuti dengan shock elektris ringan, yang kedua (SD2) tidak. Pada mulanya subyek memberikan respons yang dikondisikan pada kedua nada. Namun, pada proses percobaan amplitude nada yang pertama semakin lama semakin meningkat, sedangkan nada kedua semakin lama semakin menurun. Dengan demikian, melalui proses penguatan diferensial, subyek dikondisikan untuk membedakan nada tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari generalisasi dan diskriminasi ini dapat kita jumpai. Misalnya, anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu akan memberikan respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui penguatan dan pemadaman diferensial, rentang stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja.
4. conditioning tandingan.
Kondisioning ini merupakan salah satu bentuk khusus dari kondisioning responden. Pada kondisioning jenis ini, respons bersayarat yang khusus akan digantikan dengan respons bersyarat lain yang baru dan bertentangan, tidak saling cocok (incompatible) dengan respons bersyarat yang sebelumnya. Misalnya, respons bersyarat berupa perasaan tidak suka digantikan dengan perasaan suka, takut dengan berani, benci dengan cinta, dan lain sebagainya. Sehingga reaksi tersebut dapat disebut dengan incompatible atau saling mengganti.
Prosedur kondisioning tandingan ini sifatnya langsung, satu perangkat latihan yang baru terjadi pula. Satu rangsangan bersyarat yang dapat menimbulkan respons bersyarat yang ingin diubah, diperlukan rangsangan netral. Ini kemudian diasosiasikan dengan rangsangan tak bersyarat yang dapat menimbulkan respons tak bersyarat secara bertentangan. Setelah dipasangkan berulang-ulang, rangsangan bersyarat itu mungkin akan halnya dapat memancing sutu respons bersyarat baru yang berlawanan. Contoh, seorang anak kecil yang tidak mau dicukur rambutnya karena takut dengan suara alat cukur atau gunting. Untuk mengganti perasaan takut ketika dipotong, maka setiap dipotong rambutnya anak diberi gula-gula kesukaannya atau diputarkan film kartun kesayangannya. Sehinnga ketika itu dilakukan terus menerus akan muncul respons tidak takut dengan alat-alat cukur rambut.
2.3 Implikasi Terhadap Pembelajaran
Penerapan prinsip-prinsip kondisioning klasik dalam kelas
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya:
• Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antarkelompok daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negative terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
• Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca yang nyaman dan enak serta menarik.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya:
Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran
Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik.
Jika siswa takut berbicara di depan kelas mintalah siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil duduk ditempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasi secara tepat. Misalnya dengan:
Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan.
Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman dan dapat menerima penghargaan dari orang dewasa ketika orang tua ada.
Tugas-tugas selama kuliah di jurusan pend.ips UIN MALIKI MALANG 2008 - .....SEMOGA BERMANFAAT.
Jumat, 05 Maret 2010
PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitasuntuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efesien mencapai puncaknya Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencepai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat disamping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral).
Perkembangan prntal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan konnitif pada remaja sehingga mereka menggembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pengembangn moral dan kesadaran social yang baru. Di samping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikiranya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang difikirkan oleh orang tentang dirinya. Perkembangan remaja ini menimbulkan beberapa dampak dalam berbagai hal yaitu dampak perkembangn social, moral dan bahasa.
B. Rumusan Masalah
1.Apa dampak dari perkembangan sosial pada remaja?
2.Apa dampak dari perkembangan bahasa pada remaja?
3.Apa dampak dari perkembangan moral pada remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence”yang berasal dari kata dalam bahasa Latin “adolescere” ( kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progesif dan continu serta berlangsung pada periode tertentu. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khasdari gejala-gejala psikologis kearah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat positif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Dan perkembangan tersebut menimbulkan beberapa dampak diantara lain :
A.Dampak Perkembangan Sosial pada Remaja
Di bandingkan dengan bahaya yang terdapat dalam bidang sosialisasi, bahaya yang ada pada beberapa bidang lain dalm perkembangan yang normal lebih berat. Jika perilaku social tidak memenuhi harapan social, hal itu membahayakan bagi penerimaan social oleh kelompok. Jika hal ini terjadi, akibatnya akan menghilang kesempatan anak untuk belajar social, sehingga sosialisasi mereka semakin jauh lebih rendah dibandingkan dengan teman seusia.
Bahaya yang paling umum dalam upaya menuju sosialisasi, diantaranya:
1.Keterlantaran social
Keterlantaran social berarti hilangnya kesempatan untuk berhubungan dengan orang-orang, sehingga menimbulkan keterlantaran dalam kesempatan belajar menjadi pribadi yang social. Keterlantaran ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa orang tua dan anggota keluarga lainnya kurang waktu untuk merawat bayi sehingga bayi kekurangan rasangan (stimulation) yang memotivasinya untuk menjadi bagian dari kelompok keluarga.
Terlepas dari penyebabnya, keterlantaran social memperlama sifat egosentrisme, yaitu ciri khas semua bayi, dan kecenderungan kea rah introversi. Sekali kecenderungan tidak social ini berkembang, sukar untuk mengubahnya dan untuk mendorong perkembangan kea rah siakp dan perilaku yang lebih social.
Keterlantaran social yang tidak berlangsung lama, terutama jika anak tumbuh semakin besar, cenderung memepertingggi motivasi mereka untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Sebagai contoh, jika anak diharuskan tetap tinggal di kamar karena telah berperilaku tidak social, maka jika ia mau menghindari hukuman pengasimgan social dan mau menikmati kebersamaan dengan keluarga, mereka akan menyadari abhwa berperilaku lebih social menguntungkan diri mereka sendiri di masa depan.
Sebaliknya, keterlantaran social yang berlangsung lama tidak hanya menimbulkan introversi tetapi juga menyebabkan anak takut berusaha membina hubungan social, jika mereka kemudian mendapat kesempatan. Karena mereka merasa tidak mampu melekukan sesuatu bersama orang lain, mereka meneruskan siakp mengasingkan diri dari orang lain.
2.Partisipasi social yang terlalu banyak
Jika kurangnya kesempatan berhubungan social berbahaya bagi sosialisasi, hal ini tidak berarti bahwa semakin banyak partisipasi anak dalam aktivitas dengan anak lain akan semakin baik sosialisasinya. Kenyataanya, terlalu banyak partisipasi social dapat berbahaya sebab hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mengembangkan segi batiniah yang memungkinkan mereka berbahagia apabila keadaan memaksa mereka untuk sendirian. Mereka akan merasa “kehilangan” apabila tidak dapat bergaul atau melakukan sesuatu bersama orang lain.
Dalam kondisi yang demikian mereka akan cenderung bersosialisasi dengan ngawur dalam arti bahwa mereka akan bersedia berada bersama anak lain semata-mata demi hubungan social itu sendiri tanpa mengindahkan kecocokan minat. Hal ini tidak mengembangkan sikap social yang sehat. Akibatnya, bahkan semakin buruk, anak yang sangat menghasratkan semua bentuk pergaulan social semata-mata untuk menghindari kesendirian menjadi tidak mantap dalam hal minat dan nilai-nilai mereka. Mereka mengubah minat dan bahkan kepribadian untuk menyesuaikan diri dengan orang dewasa atau teman sebaya dengan harapan mendapatka penerimaan social. Akibatnya, mereka cenderung sangat mudah terpengaruh dan mudah dikuasai oleh siapa pun yang berhubungan dengan mereka.
3.Ketergantungan yang berlebihan
Pada saatnya, kecenderungan untuk bergantung pada orang lain menimbulkan kebiasaan bergantung pada setiap orang yang bisa dicapai. Mereka menjadi sangat mudah untuk dipengaruhi dan dikuasai oranglain. Bahkan, mereka takut berpikir dan berperilaku mandiri karena tidak pernah belajar mandiri dalam situasi yang serupa pada saat mereka lebih muda.
Walaupun setiap anak dapat menjadi terlalu tergantung, keadaan ini timbul jika anak dibesarkan dalam lingkunagn keluarga yang menghambat kemandirian. Ketergantungan yang berlebihan merupakan hal yang umum timbul pada anak yang menderita penyakit kronis, seperti asma atau kencing manis, atau anak sulung yang lebih besar kemungkinannya menjadi tergantung dibandingkan dengan saudaranya yang lahir kemudian.
4.Penyesuaian yang berlebihan
Cepat atau lambat semua anak mengetahui bahwa kelompok social menilai dan kemudian menerima mereka atas dasar kesediaan atau kemampuan memenuhi harapan social. Anak yang lebih tua yang sangat menginginkan untuk diterima oleh kelompk teman sebaya seringkali menyesuaikan diri secara berlebihan dengan harapan bahwa hal ini akan menjamin penerimaan mereka.
Penyesuain yang berlebihan mengakibatkan hilangnya individualitas. Hal ini membuat anak tampak tidak menarik dan tidak termasuk dalam golongan tertentu sehingga mereka diabaikan dan dianggap remeh oleh kelompok teman sebaya karena tampak tidak mempunyai apa-apa yntuk disumbangkan untuk kelompok.
Ada dampak lain, diantaranya:
Kecenderungan bawaan dapat menimbulkan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan harapan social. Seorang anak laki-laki dengan tubuh yang kecil dan otot yang lemah tidak akan mampu menyesuaikan diri dalam suatu budaya yang menganggap ideal tubuh yang sempurna seperti atlit.
Seorang anak yang telah dibentuk untuk penyesuaian diri dengan suatu kelompok budaya mungkin mengalami kesulitan apabila berpindah ke kelompok lain. Seorang anak dari keluarga imigran atau keluarga yang sering berpindah tempat tinggal mungkin menghadapi masalah ini.
Anak mungkin terlantar dari kesempatan mempelajari pola perilaku yang diterima secara social. Seorang anak laki-laki tanpa ayah mungkin tidak mempunyai contoh pria untuk ditiru.
Anak yang menganggap bahwa penerimaan social kurang penting dibandingkan dengan memiliki kebebasan sebagai individu akan mempunyai motivasi yang kecil untuk mengikuti pola yang diterima secara social.
Dampak perkembangan sosial
1)Persaingan
Persaingan usia gang dalam masa remaja akan muncul tiga bentuk persaingan di kalangan anggota kelompok untuk memperoleh penghargaan di dalam kelompok itu sendiri, konflik antara gang dan gang saingannya, dan konflik antara gang dan lembaga yang terorganisasi dalam masyarakat. Masing-masing bentuk mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap sosialisasi anak remaja. Yang pertama mungkin menimbulkan permusuhan dan pertengkaran di dalam gang, sehingga melemahkan kelompok dan kesetiaan anggota. Yang kedua, berperan membina solidaritas dan rasa kesetiaan, sedangkan yang ketiga, jika dapat dibina dalam batas yang kontruktif, berperan mengembangkan kemandirian.
Persaingan dikalangan anak remaja yang lebih tua banyak mengakibatkan timbulnya pertengkaran,. Hal itu mungkin diekspresikan dalam perkelahian yang agresif atau dalam cara yang lebih halus, seperti mengeritik orang lain, mengeroyok seorang anak remaja yang tidak disukai karena perilakunya yang mengganggu atau karena merupakan anggota kelompok minoritas atau kelompok saingan, mengejek dan menggertak, tidak menghiraukan seseorang anak atau sekelompok anak atau berbantah tanpa sebab yang nyata dengan keinginan yang jelas untuk membuat orang lain merasa tidak senang atau jengkel.
2)Sikap Sportif
Sikap sportif adalah kemampuan bekerja sama dengan orang lain sampai pada tingkat menekan kepribadian individual dan mengutamakan semangat kelompok.
Dari keanggotaan suatu gang, anak dengan cepat belajar bahwa mereka harus bermain sesuai dengan aturan permainan. Setiap pelanggaran terhadap hal ini, seperti bermain curang, membuka rahasia, berbohong atau menggunakan cara licik, tidak akan ditolerir. Apabila bekerja bersama-sama untuk memperoleh suatu imbalan bersama, anak-anak remaja memperlihatkan interaksi yang positif seperti membantu satu sama lain atau berbagi sarana. Jika bersaing, mereka melakukan interaksi yang negative, seperti mengambil sarana untuk kepentingan sendiri, mengeluarkan ucapan yang tidak bersahabat dan berusaha merintangi tau menguasai anak remaja lain.
3)Tanggung Jawab
Erat hubungannya dengan sikap sportif adalah tanggung jawab yaitu kesediaan memikul bagian beban seseorang. Jika anak remaja dari keluarga besar, karena kewajiban harus mengembangkan tanggung jawab terhadap urusannya sendiri dan mengasuh saudara yang lebih muda.
Akan tetapi jika terlalu banyak tanggung jawab diberikan kepada anak secara mendadak, hal itu akan melemahkan kepercayaan mereka terhadap diri sendiri, terutama jika mereka menemui kegagalan. Oleh karena itu, pengembangan rasa tanggung jawab harus dilakukan setahap demi setahap, dimulai dengan tugas sederhana dan meningkat setelah anak remaja itu memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri dan berpengalaman dalam bertanggung atas urusan mereka sendiri.
4)Wawasan social
Wawasan social adalah kemampuan untuk memahami arti situasi social dan ornag-orang yang ada dalam situasi itu. Hal ini bergantung pada empati yaitu kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam keadaan psikologis orang lain dan untuk melihat suatu situasi dari sudut pandang orang lain.
Wawasan social biasanya meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Peningkatan ini sebagian bergantung pada kematngan mental (mental maturation) dan sebagian lagi bergantung pada hasil mempelajari pengalaman social. Akan tetapi, kemampuan anak untuk memahami perilaku dan perasaan orang lain sampai pada tingkat tertentu baru berkembang secukupnya. Anak remaja yang persepsi sosialnya lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebaya biasanya melakukan penyesuaian social yang lebih baik dan mendapatkan penerimaan social yang lebih besar. Semakin pandai anak remaja itu, semakin perseptif mereka. Semakin popular anak, semakin banyak kesempatan mereka untuk mengembangkan wawasan social.
5)Diskriminasi Sosial
Diskriminasi social, berarti kecenderungan untuk melakukan pembedaan di antara orang-orang dan tanda atau isyarat tertentu. Pembedaan ini biasanya disertai dengan cenderungan untuk memperlakukan mereka dengan cara berbeda dari orang lain.
Anak remaja melakukan diskriminasi terhadap orang lain memperlakukan orang lain sebagai orang yang lebih rendah karena mereka berbeda, bukan karena mereka betul-betul lebih rendah. Mereka menganggap orang-orang tersebut sebagai anggota suatu “kelompok yang tidak masuk golongan” atau suatu “kelompok minoritas” karena status mereka digolongkan atau suatu kelompok minoritas karena status mereka dianggap lebih rendah, bukan karena jumlah mereka sedikit. Sebagai contoh, anak remaja yang menjadi anggota gang menganggap bahwa status mereka lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak remaja yang tidak menjadi anggota gang. Mereka juga menganggap bahwa jika gang tempat mereka bergabung dikenal sebagai “lebih tinggi”, semua gang lain tidak masuk golongan, sehingga dipandang lebih rendah.
6)Prasangka
Prasangka yaitu kecenderungan untuk menggolongkan semua hal yang menjadi milik kelompok lain sebagai lebih rendah, apakah itu kelompok social, keagamaan, ras, atau jenis kelamin dan memperlakukan mereka sesuai dengan kelebihrendahan itu.
Secara umum friendster berguna untuk berkomunikasi dengan teman di seluruh dunia melalui internet. Friendster juga berguna untuk mencari teman lama maupun teman baru di dunia maya. Untuk kalangan remaja biasanya frendster digunakan untuk mencari teman dan pacar baru.
1. Pengaruh positif :
Keep in Contact (tetap terjaga komunikasinya).. Secara, kirim kirim comment dan kirim message.. sebenernya kebanyakan mengirim comments (dulu testimonial).. Apalagi di facebook, kan bisa chat juga tanpa ada software yang repot harus didonlot n di instal..
Menambah wawasan iptek.
Jadi kenal sama yang tadinya ga kenal.. di dunia maya , semua orang pasti berani! .. biasanya yang diem di dunia nyata, bisa jadi aktif banget di dunia maya (internet).
Jadi lebih kreatif.. contohnya di friendster, kita harus kreatif n rajin-rajin update profile kita.. kalo ga, orang bakal bosen..kreatif nya dalam hal mengubah tampilan layout.
2. Pengaruh negatif:
Menjadikannya sebagai prioritas utama.. Setiap hari pasti buka friendster n facebook!!..buat apa? buat ngecheck comment ..kalo ga , nanti orang yang kirim comment.
Memiliki rasa ingin tahu yang berlebihan terhadap privasi orang.
Komunikasi terhadap keluarga jadi berkurang.
Mungkin cukup buat pengaruh-pengaruhnya.. perkembangan friendster n facebook dari awal dibuat sampe sekarang emang cepet banget perkembangannya.. Tujuannya pun supaya menarik lebih banyak pengguna n mempertahankan si pengguna tertarik dengan apa yang diupdate sama admin-adminnya..jadi, ati-ati aja supaya ga terjerumus ke dampak-dampak negatifnya..
B.Dampak Perkembangan Bahasa pada Remaja
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak.Karekteriktis perkembangan bahasa pada masa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangn kongnitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kongnitifnya, remaja mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berfikir formal atau berfikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminology konkret dalam pengomukasikasinya.
Dalam pendidikan yang berkaitan dengan budaya, seperti pendidikan multi-kultural, salah satu alat penting yang digunakan adalah pendidikan bahasa. Sebab, penggunaan bahasa merupakan cerminan dari tata nilai dan tata pikiran (mind set).
Seorang yang bertata nilai baik akan cenderung menggunakan bahasa yang baik. Seorang yang menggunakan bahasa yang melecehkan dan mengandung kekerasan, dimungkinkan di dalam dirinya mengandung tata nilai tersebut.
C. Dampak Perkembangan Moral pada Remaja
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. akan Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternative jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
KESIMPULAN
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence”yang berasal dari kata dalam bahasa Latin “adolescere” ( kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progesif dan continu serta berlangsung pada periode tertentu. Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khasdari gejala-gejala psikologis kearah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat positif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Dan perkembangan tersebut menimbulkan beberapa dampak diantara lain : dampak perkembangan social, moral, dan bahasa pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Ali muhamad, dkk.2004. psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Hurlock Elizaberh, 1989. Perkembangan Anak. Jakarta:Erlangga
Mar’at samsunuwiyati.2006. psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
LN, Samsul.2004.Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Bahas Indonesia
EJAAN DAN TANDA BACA
A. Pengertian
- Menurut KBBI, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb,) dalam bentuk tulisan serta tanda-tanda baca.
- Menurut Bedudu, ejaan adalah pelambangan fonem dengan huruf.
- Menurut Arifin, ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambing-lambang itu, pemisahan dan penggabungan dalam satu bahasa.
- Menurut Kusno, ejaan adalah aliran menuliskan bunyi ucapan dalam satu bahasa dengan tanda-tanda atau lambing.
- Menurut Lamudin, ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu bahasa.
Perubahan pemakaian huruf dalam tiga ejaan Bahasa Indonesia:
1. Ejaan Van Ophoijen (1901-1947), contoh: choesoes, djoem’at
2. Ejaan Republik”Ejaan soewandi”(1947-1972), contoh: chusus, djum’at
3. Ejaan yang disempurnakan mulai 16 Agustus 1972, contoh: khusus, jum’at
Ruang lingkup EYD:
- Penulisan huruf
- Penulisan kataa
- Penulisan tanda baca
B. Dasar Ejaan
Alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar penyempurnaan ejaan adalah:
1. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam wawasan ilmiah, terutama dalam ilmu bahasa adanya penyusunan ejaan yang baik.
2. Ketidakmampuan ejaan waktu itu (ejaan Soewandi) dalam mengembangkan bahasa Indonesia.
3. Upaya penyatuan dalam pemakaian huruf dan tanda baca yang dapat berlaku di seluruh Indonesia.
4. Kemungkinan peranan bahasa Indonesia di Asia Tenggara dan mungkin di seluruh dunia nantinya.
5. Pentingnya peranan membaca dan menulis bagi generasi yang akan datang.
Dengan alasan-alasan tersebut maka prinsip-prinsip dasar sebagai pegangan kea rah penyempurnaan:
1. Prinsip kecermatan
Untuk system ejaan tidak boleh bertebtangan dengan system fonemis, satu tanda melambangkan satu fonem dan untuk seterusnya dipakai penanda fonem tersebut.
2. Prinsip kehematan
Walaupun satu huruf untuk satu fonem tidak selalu menjadi pegangan, tetapi yang dipentingkan adalah adanya pembakuan yang tegas dan jelas sehingga tidak membingungkan pemakai bahasa.
3. Prinsip keluesan
System ejaan tidak bersifat tertutup, misalnya posisi huruf F bisa menempati awal, tengah, dan akhir kata pada fakta, sifat, pasif dan sebagainya.
4. Prinsip kepraktisan
Upaya EYD tidak mempergunakan huruf-huruf baru yang tidak lazim. Hal itu selain menyulitkan masyarakat juga berarti perlu mengganti pita mesin tik dan mesin cetak. Oleh karena itu huruf-huruf ganda (diagraf) ng, ny, kh, sy yang menggambarkan fonem tunggal tetap dipertahankan.
C. Penulisan Huruf
1. Huruf Kapital (besar)
Penggunaan huruf kapital sebagai berikut:
- Huruf pertama kata pada kata awal.
- Huruf Pertama ketikan langsung.
- Huruf Pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci.
- Huruf Pertama unsure gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan.
- Huruf Pertama unsure jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat.
- Huruf Pertama unsure nama orang kecuali nama jenis atau satuan ukuran.
- Huruf Pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa.
- Huruf Pertama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
- Huruf Pertama nama khas geografi.
- Huruf Pertama semua kata (termasuk unsur ulang).
- Huruf Pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan.
- Kata ganti anda.
2. Huruf Miring
Huruf miring dipakai dalam tulisan untuk:
Menulis nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Menegaskan huruf, bagian kata atau kelompok kata.
Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan.
D. Penulisan Kata
Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: Bergizi, gemetar, sentuhan
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus unsur gabungan kata ditulis serangkai.
Bentuk Ulang (ditulis lengkap dengan dibubuhi tanda penghubung)
Contoh: anak-anak
Kata ganti –ku, -mu, dan –nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: Bolehkah aku ambil jeruk ini menjadi Bolehkah ku ambil jeruk ini.
Kata Depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Saya di sini
Di rumah
Ke luar kota
Kata Si dan Sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: si kancil, sang kuriang.
Singkatan dan Akronim
Singkatan (bentuk yang dipendekkan yang terdiri satu huruf atau lebih)
Contoh: Muhammad Yamin menjadi Muh. Yamin
Akronim (singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan dengan huruf capital)
Contoh: ABRI
E. Pemakaian Tanda Baca
Macam-macam tanda baca:
Tanda titik (.)
Penggunaan tanda titik pada akhir kalimat kalimat. Contoh:Anak kecil itu menangis.
Dibelakang angka, huruf suatu judul bab dan subbab.
Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, contoh: Calon mahasiswa yang mendaftar 20.500 orang.
Tanda koma (,)
- Penggunaan tanda koma diantara unsure-unsur dalam suatu perincian.
Contoh: Ida membawa buku, pena, tas, dan majalah.
Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat.
Contoh: Jika hujan tidak reda, saya tidak akan pergi.
Memisahkan kalimat setara satu dengan yang lain.
Contoh: Saya ingin pulang tapi hari hujan.
Dipakai dibelakang kata atau penghubung.
Contoh: Jadi, Rina lebih memilih coklat.
Tanda titik dua (:)
Digunakan pada akhir suatu pernyataan.
Setelah kata atau ungkapan perincian.
Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Tanda hubung (-)
Menyambungkan suku dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya.
Tanda Tanya (?)
Digunakan pada akhir kalimat Tanya.
Tanda Tanya dalam kurung menyatakan bagian yang disanksikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda seru (!)
Dipakai setelah uangkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.
Tanda kurung ((…))
Untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Untuk mengapit angka atau huruf.
Tanda petik (“…”)
Untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah.
Untuk mengapit judul syair, karangan, dan istilah.
Tanda garis miring (/)
Digunakan dalam nomor surat, alamat.
Sebagai pengganti kata atau dan tiap.
REFERENSI
Sungguh, As’ad. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Finoza, Lamuddin.SS. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
IAD:Diet Dalam Islam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKebanyakan diet ini dikenal oleh para wanita zaman sekarang adalah usaha untuk menurunkan berat badan agar terlihat lebih langsing. Entah apa penyebabnya, diet ini begitu mewarnai kehidupan wanita, terlebih gadis-gadis. Mau tidak mau tubuh langsing menjadi idaman banyak wanita karena menurut mereka tubuh langsing merupakan salah satu cirri wanita cantik, sehingga bagi sebagian wanita berapapun biaya dan seberat apapun tantangan unutk berdiet mereka akan lakukan.
Banyak orang ini tidak melihat kedepan dampak apa yang akan terjadi jika dia melakukan diet. Jauh dari itu, sebenarnya agama kita yang mulia ini (Islam) sudah berulang kali mengajarkan kepada kita sebagai umatnya, bagaimana cara diet yang benar, wasilah-wasilah diet dan tujuan dari itu sendiri, sudah diterangkan dalam Q.S Al-A’raf :31 Allah berfirman ”Wakulu wasyrabu wala tusrifu”. Orang yang melakukan diet biasanya disebabkan karena berat badan berlebihan, sedangkan kelebihan berat badan pada umumnya disebabkan oleh banyak makan-minum.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana makanan yang sehat dalam Islam ?
2.Bagaimana diet menurut islam ?
3.Bagaimana diet menurut ilmu kesehatan ?
4.Apa faktor yang menyebabkan kegagalan diet ?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui makanan yang sehat dalam islam
2.Untuk mengetahui diet menurut islam
3.Untuk mengetahui diet menurut ilmu kesehatan
4.Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan diet
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makanan Dalam IslamMakanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Menariknya, islam memiliki aturan yang sangat komprehensif terkait dengan hal ini. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk makan dan minum. Namun pedomannya jelas, tidak boleh makan dan minum kecuali yang halalan thayyiba (halal dan baik). Allah SWT berfirman:
“hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 168
Yang dimaksud dengan halalan thayyiban ini meliputi jenis makanannya, cara memperolehnya. Proses mengonsumsinya, serta tujuan mengonsumsinya. Maka, seorang mukmin yang komitmen dengan keislamannya, termasuk masalah makanan, akan mendapatkan pahala kenikmatan makan makanan terenak di surga. Bahkan Allah SWT yang memerintahkan mereka untuk makan dan minum. Allah SWT berfirman:
Dikatakan kepada mereka: “makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Ath Thuur [52]: 19)
Allah SWT pun menjelaskan tentang makanan-makanan yang diharamkan sehingga manusia terjaga pola konsumsi pangan kesehariannya.
“diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucupkan kepadamu nikmatKu, dan telah kuridhai islam itu menjadi agamamu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 3)
Dalam islam, makanan tidak hanya sebagai kebutuhan biologis, tapi juga sebagai daya dukung untuk bisa melaksankan penghambaan kepada Allah SWT dalam skala yang lebih luas. Oleh karena itu, islam mengajarkan adab makan yang didalamnya termasuk bagaimana berakhlak terhadap makanan itu sendiri.
Melakukan kesalahan dalam mengonsumsi sesuatu, bisa berdampak fatal seperti yang terjadi pada kisah Nabi Adam as dan Siti Hawa. Mereka dikeluarkan dari surga karena makan buah terlarang. Allah berfirman:
“maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (Q.S. Thaha [20]: 121)
2.2 Diet Menurut Islam
Diet pada pandangan islam adalah mengkonsumsi makanan dan minuman secara tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan dapat membawa efek yang tidak baik, misalnya kelebihan makan bisa menyebabkan kegemukan dan kemalasan, kelebihan frekuensi untuk sikat gigi maka email semakin menipis, kelebihan duduk bisa sakit pinggang dan masih banyak lainnya.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah telah berpesan bahwasannya volume perut dibagi menjadi 3 bagian, 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, 1/3 untuk udara. Adapun tujuan diet dalam islam adalah agar dengan tubuh yang ringan memudahkan seseorang untuk beribadah, seperti bangun tengah malam untuk menunaikan ibadah sunnah tapi itu merupakan salah satu wadah kita untuk mendekatkan diri pada sang pencipta,Walaupun dalam hakikatnya kita hidup didunia, dialah yang kita cari, akan tetapi tujuan kita hidup adalah untuk akhirat “aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. Dunia hanya tempat persinggahan semantara, sedangkan akhiratlah adanya kehidupan abadi selamanya. Jadi sebenarnya diet itu bisa membawa berkah tersendiri bagi orang yang mempunyai niat dan nilai positif dalam melakukan tindakan tersebut. Islam yang dikenal sebagai agama universal, syamil mutakammil juga memberitahukan kepada kita bagaimana cara diet yang sehat. Diantaranya:
1) Puasa, agar dapat mencapai tujuan diet yang sehat, dianjurkan bagi seseorang untuk berpuasa, diimbangi dengan melaksanakan sahur.
2) Olahraga, jika ada yang berpendapat bahwa olahraga tidak ada dalam islam, maka itu adalah sangkaan yang salah.
3) Tidak berlebih-lebihan dalam hal makan-minum, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
4) Jangan lupa meniatkan bahwa diet yang kita lakukan semata-mata untuk mencari ridha ilahi. Semoga dengan diet yang kita lakukan menambah mizan kebaikan kita dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
5) Jaga hati agar selalu bersih, kondisi hati seseorang sangat mempengaruhi kesehatannya karena hati adalah sumber penyakit. Kalau hati baik, maka baiklah seluruh tubuh dan bila hati buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Jadi, kondisi hati sangat mempengaruhi penampilan seseorang.
6) Memperbanyak minum air putih, air putih banyak sekali khasiatnya, terlebih untuk kesehatan badan dan otak. Seseorang yang sedang belajar dianjurkan banyak mengkonsumsi air putih, begitu juga halnya dengan orang yang sedang berdiet, dianjurkan memperbanyak minum air putih.
Sebuah diet sehat dianggap penting dalam islam, walaupun seperti apa yang dianggap mungkin tidak akan selalu dalam pertimbangan standar Barat. Beberapa sarjana muslim menganggap kelebihan makan adalah dosa karena adanya penafsiran ayat berikut dalam Al-Quran:
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun dengan dan tanpa teralis, dan tanggal, dan tanaman yang bermacam dari segala jenis, dan zaitun dan delima, yang serupa (dalam bentuk natura) dan berbeda (yang bermacam-macam): makanlah dari buah dalam musim, tapi memberikan yang iuran yang tepat pada hari panen dikumpulkan. Tapi bukan oleh kelebihan limbah Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-lebihan. (Q.S. 6: 141)
Menurut Prof. Dr. Musthofa Romadhon memberikan beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah SAW berdasarkan berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut ini:
Asupan awal ke dalam tubuh Rasulullah adalah udara segar di subuh hari. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lai. Para pakar kesehatan menyatakan bahwa udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh.
Di pagi hari, Rasulullah SAW menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya.
Di pagi hari pula Rasulullah SAW membuka menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli.
Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah SAW senantiasa memgkonsumsi tujuh butir kurma ajwa’ (matang) Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok yaitu roti.
Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah SAW adalah sayur-sayuran.
2.3 Diet Menurut Ilmu Kesehatan
Diet dilakukan tidak hanya sekedar untuk mendapatkan postur tubuh ideal. Diet adalah mengatur pola makan untuk menjaga kesehatan. Postur tubuh ideal inilah yang menjadi salah satu ciri tubuh yang sehat. Tubuh yang terlalu kurus mupun terlalu gemuk kedua-duanya merupakan factor resiko terjadi penyakit.
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur setiap hari. Diet dapat juga berarti jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu, seperti menurunkan berat badan atau menaikkan berat badan.
Syarat Dasar Diet Sehat
a) Tidak menyingkirkan golongan makanan tertentu
b) Tetap memperhatikan kebutuhan tubuh terhadap protein dan lemak.
c) Makan hanya pada saat lapar.
Tips Sukses Dalam Diet
a) Nikmati makanan dan kunyah makanan hingga halus serta pastikan tidak menyuap makanan setelah makanan sebelumnya tertelan.
b) Makan bersama keluarga atau teman sambil bercengkerama akan membuat kita menyatap makanan dengan perlahan. Hal ini akan membuat tubuh memiliki waktu untuk memproses makanan secara maksimal.
c) Jangan makan sambil melakukan hal lain, misalnya menonton karena situasi ini akan membuat kita cenderung menambah porsi makanan.
d) Prinsip utama diet adalah membatasi jumlah kalori yang masuk sehingga tubuh terpacu untuk memanfaatkan kalori cadangan dalam tubuh. Tubuh bisa berfungsi dengan baik dengan 1200-1500 kalori.
e) Hindari makanan yang banyak mengandung lemak jenuh misalnya santan, jeroan, dan gorengan serta memperbanyak konsumsi tak jenuh misalnya ikan, minyak zaitun, kacang, kedelai, dan alpokat.
f) Memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Karena selain mengenyangkan dan membuat tidak cepat lapar, buah dan sayur dapat memperlancar proses pembuangan dan meningkatkan kekebalan tubuh.
g) Makan besar adalah makan siang, bukan makan malam.
h) Hindari mengemil. Jiak sulit, gantilah cemilan yang dimakan antara makan pagi dan makan siang atau antara makan siang dan makan malam dengan buah dan sayur.
i) Berolahraga secara teratur akan membakar kalori dan mengoptimalkan metabolism tubuh.
j) Memperbanyak minum air putih.
k) Obat pelangsing dan sedot lemak tidak membantu mendapatkan postur tubuh yang sehat dan ideal selama tidak dibarengi dengan diet makanan yang baik. Penggunaan obat pelangsing atau sedot lemak pada saat kondisi kegemukan memang berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lakukan sesuai dengan petunjuk dokter. Karena obat pelangsing dan sedot lemak memiliki banyak efek samping bagi tubuh.
2.4 Faktor Yang Umumnya Menyebabkan Kegagalan Diet.
Kurang motivasi
Faktor motivasi sangat memegang peranan dalam berhasilnya sebuah program diet. Seorang yang sedang jatuh cinta dan ingin memiliki berat badan ideal agar menarik perhatian orang yang dicintainya memiliki motivasi yang lebih kuat dibandingkan orang yang ingin memilikki berat badan ideal karena ingin menggunakan sebuah gaun dengan model tertentu.
Tidak disiplin atau tidak konsisten
Banyak orang yang menjalankan program diet dengan tidak disiplin. Ketika diet menjauhi makanan habis-habisan, begitu angka ditimbangkan turun segera merayakannya dengan makan secara berlebihan akibatnya beratnya selalu bertambah setelah dietnya berhasil, bahkan lebih gemuk dibandingkan sebelum diet.
Ganti kata-kata negative dengan kata-kata positif
Otak kita diciptakan tidak menerima kata-kata negative artinya bila anda berkata: ”aku tidak lapar” program yang diterima oleh otak adalah “aku lapar”. Ini sebabnya orang yang tengah menjalankan program diet justru sering merasa lapar. Sebaliiknya anda berkata “aku kenyang”
Tidak mau berubah
Bila anda ingin merubah berat badan anda rubah dulu kebiasaan buruk anda. Ganti kebiasaan ngemil dengan berolahraga. Ganti makanan yang mengandung banyak karbohidrat dan lemak dengan makanan yang berserat tinggi.
Tidak dibarengi dengan berolahraga
Diet harus selalu dibarengi dengan olahraga karena olahraga membantu membakar kalori dan mengencangkan kulit anda ketika anda telah mendapat berat ideal. Setelah berolahraga anda akan merasa sangat lapar hal ini disebabkan tubuh anda telah membakar banyak kalori dan sedang mencari sumber kalori pengganti. Bila sehabis olahraga anda makan maka tubuh akan menyerap semua kalori dari makanan tersebut karena itu makanlah 2 jam setelah berolahraga. Pada saat itu tubuh sudah membakar cadangan karbohidrat dan tidak menyerap habis karbohidrat dari makanan yang sedang anda makan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanMakanan Dalam Islam
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Menariknya, islam memiliki aturan yang sangat komprehensif terkait dengan hal ini. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk makan dan minum. Namun pedomannya jelas, tidak boleh makan dan minum kecuali yang halalan thayyiba (halal dan baik).
Yang dimaksud dengan halalan thayyiban ini meliputi jenis makanannya, cara memperolehnya. Proses mengonsumsinya, serta tujuan mengonsumsinya. Maka, seorang mukmin yang komitmen dengan keislamannya, termasuk masalah makanan, akan mendapatkan pahala kenikmatan makan makanan terenak di surga. Bahkan Allah SWT yang memerintahkan mereka untuk makan dan minum.
Diet Menurut Islam
Diet pada pandangan islam adalah mengkonsumsi makanan dan minuman secara tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan dapat membawa efek yang tidak baik, misalnya kelebihan makan bisa menyebabkan kegemukan dan kemalasan, kelebihan frekuensi untuk sikat gigi maka email semakin menipis, kelebihan duduk bisa sakit pinggang dan masih banyak lainnya.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah telah berpesan bahwasannya volume perut dibagi menjadi 3 bagian, 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, 1/3 untuk udara. Adapun tujuan diet dalam islam adalah agar dengan tubuh yang ringan memudahkan seseorang untuk beribadah, seperti bangun tengah malam untuk menunaikan ibadah sunnah tapi itu merupakan salah satu wadah kita untuk mendekatkan diri pada sang pencipta, Walaupun dalam hakikatnya kita hidup didunia, dialah yang kita cari, akan tetapi tujuan kita hidup adalah untuk akhirat “aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. Dunia hanya tempat persinggahan semantara, sedangkan akhiratlah adanya kehidupan abadi selamanya. Jadi sebenarnya diet itu bisa membawa berkah tersendiri bagi orang yang mempunyai niat dan nilai positif dalam melakukan tindakan tersebut.
Diet Menurut Ilmu Kesehatan
Diet dilakukan tidak hanya sekedar untuk mendapatkan postur tubuh ideal. Diet adalah mengatur pola makan untuk menjaga kesehatan. Postur tubuh ideal inilah yang menjadi salah satu ciri tubuh yang sehat. Tubuh yang terlalu kurus mupun terlalu gemuk kedua-duanya merupakan factor resiko terjadi penyakit.
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur setiap hari. Diet dapat juga berarti jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu, seperti menurunkan berat badan atau menaikkan berat badan.
Faktor Yang Umumnya Menyebabkan Kegagalan Diet.
Kurang motivasi
Tidak disiplin atau tidak konsisten
Ganti kata-kata negative dengan kata-kata positif
Tidak mau berubah
Tidak dibarengi dengan berolahraga
DAFTAR PUSTAKA
Kusumah, Indra. 2007. Panduan Diet Ala Rasululah. Jakarta: Qultum Media
Hyman, M.D, Mark. 2006. Ultra Metobelisme. Bandung: Mizan Media Utama
Langganan:
Postingan (Atom)